Miguel Diaz-Canel diprediksi akan Jadi Presiden Kuba
- Di Tulis Oleh Sumsel Nian
- 11 Maret 2018
- 1179 Pembaca
Havana, Sumselnian.com - Warga Kuba pada Minggu mendatangi tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum satu partai, yang akan berujung pada bulan depan dalam pemilihan pertama pemimpin bukan Castro oleh Partai Komunis sejak revolusi 1959.
Pemilihan umum di Kuba digelar lima tahun sekali, saat warga diminta memilih dua calon resmi untuk anggota dewan nasional dan provinsi. Pemerintah menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai lambang kesatuan Kuba.
Pada tahun ini, tepatnya pada 19 April, anggota terpilih dewan nasional akan menunjuk presiden baru untuk menggantikan Raul Castro (86), yang bersama dengan almarhum Fidel Castro berkuasa di pulau Karibia tersebut selama hampir enam dasawarsa.
Wakil Presiden Pertama, Miguel Diaz-Canel (57), diperkirakan menjadi presiden Kuba.
Mengingat Diaz-Canel tidak memiliki otoritas moral sebagai "angkatan bersejarah" pelaku revolusi, dia harus mendapatkan simpati rakyat dengan menyelesaikan keluhan mereka dan menaikkan baku mutu kehidupan, kata sejumlah pengulas.
Tugas tersebut akan semakin berat mengingat bantuan dari Venezuela berhenti, sementara hubungan dengan Amerika Serikat -- yang masih menerapkan embargo terhadap Kuba -- semakin memburuk.
"Bagi banyak warga Kuba, pemilu tidak akan mengubah apa-apa," kata Rafael Padron, guru olahraga di Havana.
"Tapi pemilu tahun ini adalah sebuah momen penting," kata dia.
Lebih dari delapan juta penduduk Kuba akan memilih 605 anggota Dewan Nasional dan calon dewan 14 provinsi yang berjumlah total 1.265 orang.
Di antara calon anggota dewan itu, yang dipilih komisi Partai Komunis, adalah Raul Castro dan dua orang yang bertempur bersamanya di pegunungan pada masa revolusi, yaitu wakil presiden Jose Ramon Machado Ventura (87) dan Ramiro Valdes (85).
Castro sendiri sudah menegaskan bahwa dirinya akan mundur sebagai presiden pada akhir masa jabatan periode kedua pada April mendatang. Banyak analis yang memperkirakan bahwa teman seangkatan Castro juga akan pensiun dari pemerintahan sehingga terjadi perubahan generasi.
"Kami tidak tahu apa persisnya yang akan terjadi. Tapi kami ingin melihat hal baru, perubahan ke arah yang lebih baik," kata Arnaldo Betancourt (52), penjual kerajinan tangan di Havana.
Meski punya sistem satu partai, pemerintah Kuba mengatakan bahwa mereka membiarkan adanya perbedaan dan membuka ruang untuk diskusi. Pemerintah menyebut para pelarian politik sebagai prajurit upahan yang dibayar oleh pihak asing untuk menggulingkan pemerintahan.
Jumlah calon anggota dewan secara umum sama dengan jumlah kursi parlemen yang tersedia. Para warga hanya bisa memilih untuk tidak memilih, membiarkan kertas kosong, atau merusak kertas.
Di sisi lain, angka partisipasi pemilu di Kuba juga selalu tinggi.
"Di sini, orang berpartisipasi dalam pemilihan umum untuk memenuhi kewajiban, karena jika tidak, maka Anda akan terlihat berbeda di depan 'Komite Pertahanan Revolusi'," kata Rosario Vega (38) merujuk pada komite permukiman setara Rukun Warga.
Warga Kuba lain mengatakan bahwa pemilu adalah kesempatan untuk menunjukkan dukungan mereka kepada sistem yang ada.
"Pemungutan suara itu adalah untuk tanah air kami, untuk meningkatkan perekonomian dan juga untuk bersatu melawan imperialisme, yang mencoba membingungkan kami," kata Julio Cesar Garriga (29).(Ant/Nef)
Comments (0)