Layang-layang mengudara di Tanjung Lesung

Tanjung Lesung, Sumselnian.com- Layang-layang itu melenggak-lenggok dengan lincah di angkasa, mengarungi langit biru di antara burung-burung yang terbang berkepak.

Di kejauhan juga tampak banyak layang-layang mengudara dengan berbagai bentuk yang unik, seperti kupu-kupu, ikan, badak, barakuda, maupun ubur-ubur.

Sekitar 100 layang-layang yang menghiasi langit Tanjung Lesung itu menandai momen resmi peluncuran Rhino Cross Triathlon.

Ratusan warga antusias mengikuti Festival Layang-layang Hias 2018 di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Minggu beberapa pekan lalu.

Panitia acara tersebut juga menggelar workshop pembuatan layang-layang bagi masyarakat dengan menyediakan bahan-bahan pembuatan secara gratis.

Berdasarkan pantauan, para pengunjung, terutama anak-anak, antusias membuat layang-layang sederhana berukuran 30x20 centimeter dari kertas.

Mereka melukis pemandangan gunung, pantai, biota laut, dan lain-lain di kertas layangan yang sudah jadi. Setelah itu mereka berusaha menerbangkannya.

Mohammad Syaifudin (50), salah seorang pengunjung mengaku senang ikut dalam workshop tersebut sambil menemani anak-anaknya membuat layang-layang.

Warga Serang itu tampak bersemangat mengajari kedua anaknya bagaimana membuat layang-layang.

"Saya senang sekali bisa mengajarkan anak-anak saya membuat layang-layang. Saya juga sering main layang-layang pada masa kecil," kata Syaifudin di Kawasan Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dewi (42) yang mengaku berlibur bersama di keluarga di kawasan Tanjung Lesung.

"Hari ini saya gunakan untuk liburan bersama anak-anak. Anak-anak saya senang sekali bisa membuat layang-layang serta menggambarkan karakter yang disukai mereka," kata dia.

Sebanyak 24 peserta berasal dari dalam dan luar negeri, yakni Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, dan Belgia ikuti Rhino Kites Festival (Festival Layang-layang Hias).

Pelayang Jerman Michele, Belanda Bart W Van Assen, Malaysia Nasri Ahmad, Singapura Leong Kwon, dan Belgia Misele.

Sementara itu, Managing Director PT Banten West Java (Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung) & Chief of OC, Rully Lasahido, mengatakan Rhino Kites Festival sebagai ajang sosialisasi perhelatan akbar Rhino Cross Triathlon 2018.

Rhino Kites Festival adalah bagian dari rangkaian perhelatan akbar Rhino Cross Triathlon 2018. Ajang kejuaraan tersebut terdiri atas lomba berenang, balap sepeda, dan lari melintasi keindahan dan tantangan alam Tanjung Lesung pada tanggal 29-30 September 2018, ujar dia.

Sekretaris Tim Pelaksana Kalender Event Indonesia 2018 Mumus Muslim menyampaikan Rhino Cross Triathlon merupakan wujud kepedulian pihak swasta dan kerja sama strategis seluruh pemangku kepentingan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Banten.

Peluncuran Rhino X-Tri ini dihelat sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat untuk mengundang partisipasi atlet nasional maupun internasional, sekaligus wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke Banten pada saat acara berlangsung nanti, ujar dia.

Lebih jauh Mumus menjelaskan bahwa Agenda Rhino X-Tri merupakan rangkaian Festival Pesona Tanjung Lesung yang akan digelar pada 29 sampai 30 September 2018 dimana event ini merupakan kolaborasi program Dinas Pariwisata Pemprov Banten, Dinas Pariwisata Pemkab Pandeglang dan Pengelola KEK Tanjung Lesung PT Banten West Java yang didukung penuh dan sudah menjadi Calendar of Event Program Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Banten Eneng Nurcahyati menjelaskan bahwa saat ini Banten punya dua event ikonik; Exciting Banten Festival (Seba Baduy) dan Festival Pesona Tanjung Lesung dimana di dalamnya mata acara utamanya adalah Rhino Cross Triathlon.

Digagas oleh Banten West Java, perhelatan akbar ini bersama-sama dikembangkan dan diselenggarakan secara kolaboratif antara Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Banten dan PT. Banten West Java sebagai operator KEK Pariwisata Tanjung Lesung.

Technical Manager Rhino X-Tri 2018, Taufik Hidayat menjelaskan ia mendapatkan masukan dari para peserta untuk kompetisi yang lebih menantang.

"Rhino X-Tri digelar dalam 3 kategori yaitu kategori baru dengan spesifikasi terberat; Eagle yang akan mempertandingkan nomor renang 1500 meter, balap sepeda 30 kilometer dan lari 15 kilometer," kata dia.

Sementara kategori Rhino melombakan nomor renang 1.000 meter, balap sepeda 20 kilometer dan lari 10 kilometer serta kategori Bull yang melombakan renang 500 meter, balap sepeda 10 kilometer dan lari 5 kilometer.

Di ajang Rhino Mountain Bike XCM akan dipertandingkan kategori-kategori; Men Elite, Women Open, Men Open dan Men Master.

Registrasi peserta akan resmi dibuka saat peluncuran Rhino X-Tri yang rencananya akan dihelat pada 12 sampai dengan 13 Mei 2018 di Tanjung Lesung dengan menggelar perhelatan Rhino Kite Festival sebagai bagian dari rangkaian ajang kompetisi Rhino X-Tri ini.

Juara Rhino Cross Triathlon 2017 dan peserta tahun ini, Muhammad Taufik mengaku bersemangat untuk hadir kembali mempertahankan juara di Rhino X-Tri tahun ini.

"Tanjung Lesung punya karakter dan variasi lanskap yang sangat menarik dan menantang, ada tanah, pasir dan permukaan karang. Belum pernah ada di tempat yang lain. Saya juga akan mengajak atlet lain untuk bertarung di Tanjung Lesung bulan September mendatang," ucap dia.

Melestarikan Budaya Festival Layang-layang Hias di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten, bentuk upaya nyata dalam melestarikan budaya bangsa Indonesia, ujar Penggagas Museum Layang-layang Indonesia Endang Ernawati.

Pergelaran festival tersebut merupakan bukti dan wujud pelestarian budaya bangsa yang harus dikembangkan menjadi produk inovatif untuk memiliki nilai ekonomi.

Endang mengungkapkan masyarakat harus bangga dengan layang-layang tradisional karena salah satu produk budaya Indonesia tersebut menjadi primadona dalam acara festival layang-layang internasional.

"Layang-layang kita ditiru oleh negara lain. Layang-layang Indonesia mempunyai keterkaitan yang kuat dengan seni maupun budaya di daerah masing-masing," kata dia.

Ia mengatakan setiap daerah di Indonesia mempunyai layang-layang dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.

"Layang-layang di tiap daerah mempunyai perbedaan dalam model dan bentuk. Misalnya layang-layang di Sumatera itu bentuknya dipengaruhi dengan seni dan budaya Melayu, di Jawa itu model dan gambarnya terinspirasi dari Wayang," ujar Endang.

Selama 30 tahun menggeluti dunia layang-layang, Endang mengatakan bahwa pemain layang-layang Indonesia selalu berprestasi di luar negeri.

Sementara itu, Pelayang Malaysia Nasri Ahmad (70) mengungkapkan bahwa bermain layang-layang dapat membuat pikirannya menjadi tenang.

"Dulu saya main golf, tapi saya tinggalkan itu dan saya bermain layang-layang. Selama bermain layang-layang, tekanan darah tinggi dan gula saya turun. Layang-layang adalah terapi untuk stres sehingga saya terlihat awet muda," kata dia. (A/AR)

Berita Terkait

Comments (0)

Leave a Comment

*) Harus diisi